Senin, 29 Maret 2010

KERJASAMA EKONOMI ASIA DAN POSISI INDONESIA

Tiap kali kita baca adanya perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement,FTA) yang regional atau bilateral, misalnya terakhir ini antara Jepang dan Malaysia, kami merasa cemas. Sikap Indonesia seharusnya bagaimana? Membiarkan hal-hal demikian berlalu dan Indonesia tetap menjaga pasar dalam negerinya dalam semangat splendid isolation? Atau merasa cemas Indonesia bisa ketinggalan sepor kalau tidak ikut-ikut? Sikap Pemerintah RI pun mendua, di satu fihak Presiden sibuk sekali meningkatkan profil internasionalnya dan menyatakan ingin bekerja sama dengan semua negara berteman, di lain fihak, Indonesia juga terkenal dengan sikapnya yang sangat proteksionis dan nasionalistik, cenderung mengukung diri.
Negara yang kecil, seperti Singapura dan Taiwan, tidak punya alternatif selain membuka diri selebar-lebarnya terhadap perdagangan internasional, dan mereka amat berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan berdagang seluas-luasnya dengan dunia internasional. Di lain fihak, negara berkembang yang besar, seperti India, Cina dan Indonesia, bisa memilih menumbuhkan ekonominya dengan modal dasar pasar dalam negerinya. Bagi Indonesia, misalnya, sentimen ekonomi kuat memandang besar pasar dalam negerinya sebagai “modal utama untuk pembangunan”, dan untuk itu harus dilindungi. Jangan kasih pasar dalam negeri kepada asing!

India adalah negara yang untuk puluhan tahun menutup diri, tetapi selama itu kinerja pertumbuhan ekonominya sangat rendah. Terkenallah “Hindu rate of growth” sekitar 3% setahun saja. Maka berbelasan tahun sesudah merdeka, India tetap merupakan negara yang miskin, lebih miskin daripada Indonesia. Akan tetapi, sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu, di bawah pengaruh Mahmohan Singh dan koleganya menteri perdagangan, India mulai meniru Asean, dan mengadakan liberalisasi dan deregulasi. Didukung oleh partai politik yang lebih reformis (Bharatya Janata Party, BJP), yang bisa merebut kekuasaan dari Partai Konggres (partai Nehru) maka India berhasil membuka diri dan mengangkat laju pertumbuhan PDB-nya. Akan tetapi, kesenjangan antara yang kaya (baru) dan (mayoritas) yang tetap miskin melebar dan pada pemilu berikutnya BJP kehilangan suara. Sekarang Partai Kongres memerintah lagi, dan Mahmohan Singh menjadi perdana menterinya. Ia berusaha mempertahankan momentum kemajuan akan tetapi harus lebih memperhatikan kesenjangan sosial. Tetapi India sudah terangkat dari status negara miskin tanpa harapan, dan selama sepuluh tahun terakhir ini berhasil mencapai laju pertumbuhan PDB rata-rata 6% setahun, kadang-kadang mencapai 7% setahun. Leading sector dalam hubungan dengan dunia luar adalah sektor teknologi tinggi, yang menjadi sasaran outsourcing jasa-jasa oleh negara kaya. India selalu telah merupakan gudang orang pintar selama negaranya masih sangat miskin. Sekarang sektor yang kualitas SDM-nya tinggi ini mampu mengangkat PDB, walaupun banyak sektor lain di pedalaman masih terbelakang.

Cina adalah contoh lain dari negara besar yang membanting setir, dari politik isolasi dari zaman Mao Tsedong dengan komunisme yang radikal (terbukti hanya ideologi sebagian kecil kader pimpinan saja). Zou Enlai membalikkan ideologi ini dan Cina dibuka. Sekarang Cina secara nominal masih dipimpin oleh partai komunis, akan tetapi pengurusan ekonominya jauh lebih mengikuti kapitalisme pasar. Pimpinan baru Cina berhasil membagi Cina dalam “dua ekonomi”, di daerah pantai dan terutama di Special Economic Zones, berlaku kapitalisme pasar yang sangat bebas, tetapi sektor BUMN dan pedalaman masih dikuasai oleh negara dan pengendaliannya kuat. Di lain fihak, petani pada umumnya sudah diberi kebebasan bertanam. Dengan kombinasi dua ideologi yang sebetulnya bertentangan ini maka Cina dewasa ini berhasil menjadi superpower, yang ekspor-impornya sangat mempengaruhi ekonomi dunia, dan selama tiga dasawarsa PDB-nya sempat tumbuh sekitar 9% setahun. Kinerja Cina ini merupakan sindrom yang tak ada taranya di dunia. 400 juta rakyat miskin berhasil terangkat dari kesengsaraannya. Sekarang, sikap (pemerintah) Cina sangat diamat-amati oleh seluruh dunia, karena Cina merupakan baik ancaman (threat) maupun kesempatan (opportunity) baru. Di berbagai seminar internasional pembicara dari Beijing sering berusaha menentramkan kecemasan hadlirin dari Asia dan Amerika: (Pemerintah) Cina sadar akan tanggung jawab internasionalnya, dan tidak akan merusak ekonomi negara-negara berkembang dengan ekspor tekstil, electronics dan lain-lain hasil industrinya yang sangat murah. Kepada Amerika Serikat ia berjanji akan mengurangi ekspor barang yang sama. Tekstil dari Cina memang sudah menguasai pasar Amerika. Amerika Serikat menuduh Cina sengaja membuat mata uangnya murah (undervaluation of the Yuan) untuk mendorong ekspornya. Cina sampai sekarang menolak untuk mengapresiasikan Yuannya, akan tetapi berjanji untuk menerapkan pajak ekspor terhadap ekspor tekstilnya.

Indonesia sejak zaman Suharto di pertengahan dasawarsa delapanpuluhan sudah melakukan deregulasi dan liberalisasi, dan politik itu juga langsung menguntungkan ekspor dan laju pertumbuhan ekonomi. Selama tiga dasawarsa laju pertumbuhan PDB mencapai sekitar 7% setahun dan ekspornya tumbuh lebih dari 10% setahun. Perbedaan kinerja dengan Cina memang susah untuk dicari keterangan yang afdol. Akan tetapi kualitas SDM Cina memang lebih tinggi, dan kualitas kebijaksanaan pemerintah di Beijing juga lebih baik daripada Jakarta (di akhir zaman Suharto kebijakan ekonomi Jakarta terlalu dipengaruhi oleh keluarga dan kroni yang memegang banyak monopoli).

Kembali ke masalah perjanjian-perjanjian perdagangan bebas. Sebetulnya, ada sistim multilateral (WTO) yang jauh lebih baik daripada sistim-sistim yang regional dan bilateral (regional & bilateral FTAs). Mengapa sistim multilateral WTO macet (di Doha) dan FTA yang bilateral dan regional sekarang lebih merebak? Mula-mula ini disebabkan oleh sikap superpower Amerika Serikat, yang ingin melihat kemajuan di perdagangan dunia yang tidak bisa diperoleh lewat WTO (karena menyangkut terlalu banyak negara yang semuanya harus setuju). Maka AS menggunakan kekuatan pasarnya untuk menekan negara atau kelompok negara untuk merundingkan FTA yang khusus dengannya. Dalam hal ini kepentingan AS yang terutama adalah akses bagi hasil industri dan sektor jasanya, serta perlindungan terhadap hak intelektual (HaKI). Sebagai balasjasa AS bisa memberikan kuota khusus untuk impor tekstil dan lain-lain barang yang diberi perlindungan di AS.

Initiatip Amerika Serikat ini lalu diikuti oleh Jepang dan Cina, juga oleh Korea Selatan, yang masing-masing membujuk negara-negara berkembang di Asia untuk menyetujui FTA yang regional (misalnya dengan Asean) atau bilateral. Masing-masing negara besar punya motif khusus sendiri. Cina cukup agresip mengejar FTA ini. Ekonomi Cina yang tumbuh dengan laju 9% setahun sangat membutuhkan bahan mentah dan energi, juga beberapa produk pertanian dan kehutanan, yang ia ingin pastikan dengan FTA ini. Maka di Indonesia kita rasakan masuknya Cina secara cukup agresip di bidang energi (mengusahakan Kontrak Bagi Hasil di bidang migas). Lewat FTA dengan Asean dan negara anggotanya maka Cina juga berusaha untuk “mengatur” (manage) perdagangan bilateralnya agar tidak terlalu mencemaskan mitranya. Dengan adanya FTA ada suatu forum antara negara mitra dagang dimana masing-masing pemerintah bisa bertemu secara periodik untuk membicarakan masing-masing persoalannya dan mencari penyelesaian.

Tadi dikatakan bahwa sikap Indonesia terhadap perdagangan bebas internasional sering mendua atau ambivalen. Di satu fihak, takut bahwa pasar dalam negeri akan dicaplok oleh asing, tetapi di lain fihak, juga sadar bahwa kalau tidak ikut mode FTA ini maka Indonesia bisa “ketinggalan”. Salah suatu gejala ketinggalan ini adalah dampak trade diversion. Artinya, kalau antara Malaysia dan Thailand di satu fihak dan Jepang di fihak lain ada FTA maka impor Jepang akan lebih dari kedua negara itu dan yang dirugikan adalah potensi ekspor dari Indonesia ke Jepang.

Maka akhirnya Indonesia juga membuka perundingan bilateral untuk mencapai suatu FTA. Proses perundingan ini mengandung “give-and-take”. Kalau Indonesia mengingini suatu konsesi atau fasilitas maka Indonesia juga harus bersedia menawarkan suatu konsesi (secara “quid-pro-quo”). Maka perundingan demikian berangsur-angsur membuka Indonesia untuk perdagangan yang lebih bebas. Bagi Pemerintah RI, hasil perundingan demikian, termasuk konsesi yang harus diberikan oleh Indonesia, juga bisa dipakai untuk membela kebijakan pemerintah terhadap kritik-kritik dalam negeri yang bisa menuduh pemerintah “menjual diri kepada pengaruh asing”. Indonesia juga menekankan economic partnership, misalnya dengan Jepang, bukan semata-mata mengatur perdagangan. Dalam kemitraan ekonomi yang comprehensive termasuk juga pengaturan bantuan (economic aid) dan investasi untuk pelimpahan teknologi. Karena perjanjian multilateral (WTO) lebih superior daripada FTA bilateral atau regional, maka Pemerintah Indonesia sebaiknya tetap berkiblat kepada pengaturan multilateral walaupun merundingkan FTA bilateral. Selekas ada kesempatan maka FTA bilateral harus dikaitkan kepada FTA regional dan ini disesuaikan dengan WTO. Pekerjaan ini tidak mudah, akan tetapi harus diusahakan.

Karena alasan politik-praktis serta juga ideologis maka Pemerintah RI sejak zaman Suharto sudah memilih mekanisme pasar terbuka dengan membuka diri terhadap perdagangan internasional dan tidak menolak arus globalisasi. Politik alternatip adalah menjalankan nasionalisme ekonomi yang menutup diri, atau politik ideologis yang sosialis-marxis yang menolak ekonomi dunia karena dikuasai oleh kapitalisme-imperialisme. Kedua aliran pandangan ini juga ada penganutnya di Indonesia, atau khususnya di Jakarta. Akan tetapi, di dunia kedua aliran ini sudah susut pengaruhnya. Tetapi, seperti pemerintah di India, maka di Indonesia pun, pemerintah harus selalu melakukan balancing act agar pengaruh jelek dari ekonomi pasar (yakni kesenjangan antara yang berhasil di pasar dan yang gagal) bisa dilunakkan dengan berbagai kebijakan langsung mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Tugas pemerintah demikian memerlukan kemampuan pemerintah, dalam ukuran APBN, yang besar. Di masa sekarang pemerintah tidak punya kekuatan ini karena APBN terlalu dibebani oleh angsuran pembayaran utang dan subsidi (terutama untuk BBM) yang sangat besar. Maka akhirnya kehidupan pemerintah juga senantiasa terancam (precarious) banyak kritik. Untuk sementara tidak ada alternatif. Kemajuan ekonomi (dan politik) masih dicapai akan tetapi secara gon

JelekBagus sekali Ditulis oleh M. Sadli
Rabu, 25 Mei 2005
(Harian Kompas, Rabu 25 Mei 2005).

INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Sebagai gejala historis maka tingkat inflasi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara tetangga ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Mengapa? Dan Apakah ini menguntungkan kehidupan serta pembangunan ekonomi? Pada umumnya tidak. Kinerja ekonomi dan laju pertumbuhan PDB di Thailand dan Malaysia lebih tinggi daripada di Indonesia. Di Asia Tenggara Indonesia lebih mirip Filipina. Inflasi di Filipina juga lebih tinggi (sedikit) daripada di Thailand dan Malaysia, dan laju pertumbuhan ekonomi Filipina juga di bawah Thailand dan Malaysia.
Kinerja ekonomi mana lebih baik, di Indonesia atau di Filipina? Ini agak susah dijawab. Mungkin Filipina lebih baik sedikit. Filipina sesudah perang dunia kedua sudah mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara ASEAN, akan tetapi sesudah itu di lampaui oleh Thailand dan Malaysia. Sekarang pendapatan orang di Filipina mungkin masih lebih tinggi sedikit daripada di Indonesia, akan tetapi perbedaannya tidak banyak. Filipina sering disebut “the sick man of Asia”, dan akar penyakitnya ada di struktur sosialnya. Tetapi struktur sosial di Indonesia lain daripada di Filipina, yang dikuasai oleh sekelompok tuan tanah yang besar, antara lain keluarga Presiden, Mungkin kelebihan di Malaysia dan Thailand (dibandingkan Indonesia) adalah peran unsur penduduk Tionghoanya di perekonomiannya lebih besar. Di Indonesia penduduk etnis Tionghoa juga menguasai ekonomi tetapi tidak punya pengaruh politik. Di Indonesia politik ada di tangan penduduk golongan pribumi yang mayoritas. Mungkin perbedaan ini menyebabkan kualitas politik ekonomi di Indonesia lain daripada di Thailand dan Malaysia. Maka mungkin juga akar inflasi yang tinggi ada di keadaan sosial-politik ini.
Golongan pribumi adalah mayoritas akan tetapi yang berpendapatannya lebih rendah, Salah suatu ciri orang miskin adalah punya nafsu mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan pendapatan riilnya. Kalau masyarakat mau mengeluarkan uang lebih banyak daripada nilai produksinya maka harga-harga akan naik. Inilah sumber inflasi di Indonesia.
Inflasi di Indonesia di zaman Suharto pun lebih tinggi daripada di Malaysia dan Thailand, walaupun tingkat inflasi di zaman Suharto sudah jauh lebih rendah daripada di zaman Bung Karno. Itu akibat perubahan policy dari team ekonomi yang dikendalikan oleh Prof. Widjojo dan Ali Wardhana. Mereka berhasil mengurangi inflasi yang sebelumnya ratusan persen setahun dan merupakan runaway inflation. Senjatanmya adalah balanced budget, anggaran pemerintah yang berimbang. Rumus ini cukup berhasil.
Di zaman Orde Baru itu maka belum ada ketentuan bahwa Bank Indonesia mempunyai misi utama menjaga nilai rupiah, alias pengekangan inflasi. Baru setelah Reformasi tahun 1998 ketentuan demikian dituangkan dalam undang-undang yang menjaga independensi Bank Indonesia sebagai bank sentral. Ini banyak membantu untuk mengurangi inflasi.
Apakah lalu kebijakan anggaran belanja pemerintah menjadi sumber inflasi? Ini prinsip, tidak. Karena prinsip anggaran belanja yang berimbang masih dipertahankan. Akan tetapi, dalam praktek ini belum merupakan jaminan. APBN yang meningkat, walaupun tetap berimbang, dampaknya inflator. Prinsip anggaran berimbang tidak boleh dipegang terlalu kaku. Misalnya, akhir tahun 2005 ada kelebihan penerimaan besar karena sebagian subsidi BBM dihapus. Jumlah ini lalu “dipaksakan” menjadi pengeluaran pemerintah atas nama anggaran yang berimbang. Policy demikian ikut meniup inflasi. Sebetulnya anggaran belanja pemerintah harus diperbolehkan mengumpulkan surplus yang dampaknya akan deflator.
Akan tetapi, selalu ada tekanan dari masyarakat agar pemerintah mengeluarkan uang lebih banyak untuk pembangunan, atau untuk membantu sektor pendidikan dan kesehatan. Di sinilah pemerintah terjebak “gejala orang miskin” yang selalu mau hidup di atas kemampuan penghasilannya.
Ide fix masyarakat adalah kalau pemerintah meningkatkan pengeluaranya untuk pembangunan maka laju pertumbuhan ekonomi akan naik. Ini salah pikir, yang lebih menentukan tingkat laju pertumbuhan ekonomi adalah total investasi di masyarakat, termasuk dari swasta dalam dan luar negeri. Jumlah ini tidak akan optimal kalau iklim moneternya serba inflator, yang mengganggu stabilitas ekonomi dan menambah resiko.
Kemakmuran yang dibawa oleh inflasi adalah semu. Orang merasa lebih kaya oleh karena pegang uang lebih banyak. Akan tetapi nilai uang merosot sehingga akhirnya orang atau masyarakat itu menjadi lebih miskin.

Senin, 08 Maret 2010

Pemanasan Global

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Banyaknya fenomena alam yang marak terjadi akhir-akhir ini. Diantaranya tanah longsor, banjir, pemanasan global, gempa bumi dan lain-lain. Salah satu diantaranya adalah isu pemanasan global.
Lapisan ozon mulai menipis, mencairnya sedikit demi sedikit es dikutub utara yang lambat laun akan membahayakan kehidupan manusia dimasa yang akan datang, ini disebabkan adanya efek global warming. Perubahan zaman dan umur bumi yang semakin tua juga ikut menjadi penyebab yang paling utama. Komposisi kimiawi dari atmoser bumi sedang mengalami perubahan sejalan dengan penambahan gas rumah kaca, karbon dioksida, metan dan asam nitrat.Energi dari matahari memacu cuaca dan iklim memanasi permukaan bumi. Sebaliknya bumi mengembalikan lagi energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca berfungsi menyaring pancaran energi dan menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca,suhu di bumi akan lebih rendah dari yang sekarang.
Permasalahan yang muncul adalah bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah kaca yang di sebabkan adanya pembakaran bahan bakar fosil dan kegitan manusia lainnya.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Sehubungan dengan judul makalah ini “Penyebab Pemanasan Global” maka adanya masalah yang diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pemanasan global?
2. Apa penyebab pemanasan global?
3. Polusi termasuk salah satu penyebab pemanasan global
4. Apa dampak dari polusi udara tersebut?

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Makalah ini menjelaskan tentang apa itu pemanasan global yang disebabkan lapisan ozon mulai menipis,ini disebabkan adanya efek global warming. Perubahan zaman dan umur bumi yang semakin tua juga ikut menjadi penyebab yang paling utama. Pemanasan Global juga disebabkan oleh aktivitas manusia diseluruh dunia misalnya, meningkatnya polusi udara, pertambahan penduduk yang semakin cepat, adanya rumah-rumah industri yang banyak mengeluarkan limbah baik air, udara, suara maupun tanah


1.4 PEMBATASAN MASALAH

Ruang lingkup makalah ini hanya dibatasi oleh :
1. Objek yang diteliti tentang pemanasan global yang terjadi di dunia
2. Penyebab pemanasan global
3. Menjelaskan lebih spesifik lagi penyebab pemanasan global adalah polusi udara
4. Dampak dari polusi udara

1.5 TUJUAN MASALAH

Penulisan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam membuat suatu karya tulisan yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya menyadari arti lingkungan sekitar kita dengan melakukan hal-hal positif yang akan melestarikan bumi kita tercinta agar tercipta suasana nyaman dan aman.

1.6 MANFAAT PENULISAN

Seperti yang telah diutarakan di atas. Makalah ini dibuat oleh penulis agar bermanfaat oleh siapapun untuk bahan pembelajaran maupun juga bahan referensi. Kita juga bisa mengetahui bahayanya penanasan global bagi kehidupan manusia dibumi sehingga anak cucu kita bisa menikmati juga indahnya bumi kita ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian pemanasan global

Pemanasan global adalah meningkatnya iklim yang sangat ekstrim karena adanya penambahan macam-macam gas seperti karbon dioksida, gas rumah kaca, metan dan asam nitrat. Pemanasan itu juga diakibatkan oleh aktifitas-aktifitas manusia yang berdampak global sehingga menimbulkan suatu efek yang luar biasa bagi manusia itu sendiri.

Gas-gas yang dikeluarkan akibat aktifitas-aktifitas manusia seperti pembakaran fosil akan melepaskan karbon dioksida yang mengakibatkan atmosfer dibumi semakin kaya dengan berbagai gas-gas rumah kaca yang berfungsi menahan panas dari matahari

2. 2 Penyebab terjadinya pemanasan global

a. Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan Co2, CFC, Metana, ozon, N2O, dilapisan troposfer yang menyerap radiasi matahari yang dipantulakan oleh permukaan bumi akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global

b. Transportasi dan polusi udara

Emisi Co2 yang timbul akibat pembuangan kendaraan kita berpengaruh besar dalam pencemaran udara. Pertumbuhan manusia yang cepat beradu sengit dengan pembuatan kendaraan dengan perbandingan 1 : 1 artinya setiap manusia
mempunyai setidaknya 1 kendaraan yang malah akan menimbulkan efek yang semakin parah bagi kehidupan manusia.

c. Sektor industri

Sektor industri adalah penyumbang polusi udara terbesar, ini di karenakan sektor-sektor industri sebagian besar membuang hasil limbahnya melalui udara yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang menyerang pernapasan.

d. Kerusakan hutan

Kerusakan hutan adalah masalah paling vital yang tidak akan pernah ada penyelesaian secara kongkrit. Pada umumya kerusakan hutan dilakukan dengan penebangan hutan secara ilegal tanpa adanya langkah reboisasi atau penanaman hutan kembali oleh karena itu hutan menjadi gundul dan tidak adanya penyerapan karbon dioksida. Bahaya bencana pun akan datang menunggu seperti banjir dan tanah longsor itu berarti akan mempercepat terjadinya pemanasan global.

e. Pertanian dan perternakan

Sektor ini adalah sektor yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi yang ditimbulkan pembusukan sisa-sisa pertanian, pembusukan kotoran ternak, pembakaran sisa-sisa tanaman dam pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian yang menghasilkan gas metana.

f. Sampah

Sampah adalah masalah yang dari dahulu kala tidak bisa dipecahkan. Masalah sampah adalah problem sehari-hari dari sampah pula lah gas metana bisa muncul. Di perkirakan 1 Ton sampah padat, menghasilkan 50 gas metana yang itu berarti akan mempercepat laju dari pemanasan global.





2. 3 Polusi udara termasuk salah satu penyebab pemanasan global

Pencemaran udara atau yang kita sering di sebut polusi udara kehadiran satu atau subtansi fisik kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan ekosistem makhluk hidup lainnya.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun dari kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, polusi panas, radiasi, atau polusi cahaya dianggap polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan local, regional, maupun global

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah pencemar yang ditimbulkan langsung dari pencemar udara (Karbon monoksida) adalah salah satu contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil pembakaran, sedangkan pencemar sekunder adalah pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer diatmosfer, contoh : pembentukan ozon dalam smog fotokimia

Berikut ini sumber-sumber Polusi Udara :
1. Kegiatan Manusia
I. Transfortasi
II. Industri
III. Pembangkit Listrik
IV. Pembakaran (kompor, perapian, sampah)
V. Gas buang pabrik
2. Sumber Alami
I. Gunung merapi
II. Rawa-rawa
III. Kebakaran hutan
3. Sumber-sumber lain
I. Transportasi (amonia)
II. Kebocoran tangki (klor)
III. Timbulan gas
IV. Tempat pembuangan akhir (sampah)
V. Uap pelarut organic

Jenis-jenis pencemar :
• Karbon dioksida
• Oksida Nitrogen
• Oksida sulfur
• CFC
• Hidrokarbon
• Ozon
• Volatile Organic Compounds
• Partikulat
Dampak Kesehatan
Subtansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan, jauhnya penetrasi zat pencemar kedalam tubuh bergantung pada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atassedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh
Dampak kesehatan yang paling umum adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) termasuk diantaranya asma bronchitis dan gangguan pernafasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai tosik dan karsinogenik.
Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang
1. Jangka pandek
I. Perawatan dirumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau kunjungan ke dokter akibat penyakit yang terkait masalah pernapasan
II. Berkurangnya aktifitas sehati-hari akibat sakit
III. Jumlah absensi (Pekerjaan atau sekolah)
IV. Gejala akut (batuk, sesak, dan infeksi saluran pernapasan
V. Perubahan fisilogis (seperti fungsi paru-paru dan tekanan darah)
2. Jangka Panjang
I. Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular
II. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
III. Kanker
IV. Meningkatnya insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)
























BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN

Pemanasan global atau yang sering disebut global warming merupakan masalah serius yang sedang mengancam bumi kita saat ini. Banyak yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global mulai dari aktifitas manusia yang tidak memperhitungkan baik-buruknya suatu tindakan bagi lingkungan maupun alam sekitar yang sedang tidak bersahabat. Terutama masalah polusi yang diatas penulis jelaskan. Harus ada peran kongkrit dari semua pihak agar bisa meminimalisirkan bahaya pemanasan global dimasa yang akan datang.

Pentingnya kesadaran bagi kita sebagai makhluk bumi untuk melestaikan dan menjaga semua yang ada dibumi seperti hewan, tumbuhan, dan lingkungan serta tindakan kita sebagai manusia juga perlu diperhatikan.

3. 2 SARAN

Masih banyak manusia yang tidak menyadari dampak yang kita lakukan, seperti kata pepatah “tidak akan ada asap bila tak ada api” artinya tidak akan ada bahaya mengancam di kehidupan nanti jika kita tidak menghiraukan dampaknya dari yang kita perbuat. Oleh karena itu penulis menghimbau kepada pembaca agar memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan dan bersama untuk menjaga dan melestarikan bumi kita tercinta.




DAFTAR PUSTAKA

• Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, akankah indonesia tenggelam akibat pemanasan global?, 2007, penebar plus, Bogor.
• Dadang, Rusbiantoro, global warming from beginner, 2008, O2, Yogyakarta
• http://www.ofm-jpic.org/globalwarming/pdf/indonesian.pdf
• http://tongkonanku.blogspot.com/2009/01/global-warming-dan-lapisan-ozon.html
• http://tongkonanku.blogspot.com/2009/01/global-warming-dan-lapisan-ozon.html
• http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/07/22/upaya-menurunkan-emisi-gas-rumah-kaca/
• http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1582--penyebab pemanasan-global-pada-bumi.html
• http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
• http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_udara
• www.google.com