Senin, 07 Juni 2010

JEMBATAN SEMANGGI SIMBOL KOTA JAKARTA

Jembatan Semanggi. Bangunan fisiknya berupa jalan layang yang melingkar-lingkar. Karena bentuknya mirip struktur daun lalapan, semanggi, maka kemudian meresap dan menjadi nama jembatan itu sendiri.

Pada perkembangannya, kawasan Jembatan Semanggi menjadi ciri khas Ibukota Jakarta. Jembatan ini menjadi semacam poros lalu lintas Ibukota Jakarta sekaligus sebagai simbol kemakmuran perekonomian. Lokasi jembatan terkenal ini berada di kawasan Karet, Semanggi, Setia Budi. Pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Proses pembangunan Jembatan Semanggi tidaklah mudah. Presiden Soekarno tidak begitu saja mendapat restu dari rakyat. Sebab, pada waktu itu orang sudah mulai berpikir kritis terhadap ide-ide pembangunan fisik. Pada masa itu, anggota masyarakat yang kritis terhadap kebijakan pemerintah menilai bahwa gagasan Bung Karno ini hanyalah proyek mubazir. Proyek yang hanya akan menghabiskan keuangan negara dan tidak ada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat.

Bung Karno tentu saja memahami apresiasi yang disampaikan masyarakat. Dia menampung semua protes itu. Bung Karno mengolahnya. Tapi, bukan Bung Karno namanya kalau kemudian mundur oleh berbagai kritik. Dia tetap mantap pada pendirian, yakni merealisasikan pembangunan Jembatan Semanggi. Tahun 1961 proyek dimulai.

Waktu itu, Jembatan Semanggi hanyalah salah satu dari paket pembangunan fasilitas publik yang akan dibangun pemerintah. Proyek lain yang juga didirikan, antara lain Gelora Senayan (Gelora Bung Karno) dan Hotel Indonesia.

Mengenai nama Semanggi, Bung Karno punya cerita sendiri. Dalam satu kesempatan, dia pernah bicara filosofi tentang daun semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan, dalam bahasa Jawa dia menyebut “suh” atau pengikat sapu lidi. Tanpa “suh” sebatang lidi akan mudah patah. Sebaliknya, gabungan lidi-lidi yang diikat dengan “suh” menjadi kokoh dan bermanfaat menjadi alat pembersih.

Itulah sejarah singkat Jembatan Semanggi yang kini tetap berdiri kokoh dan mengimbangi pesatnya pembangunan infrastruktur Ibukota Jakarta. Bila menilik sejarahnya, pantas memang bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan kawasan Jembatan Semanggi sebagai tempat wisata bernilai sejarah.

(Bahan tulisan diolah dari berbagai data buku-buku cerita)

ASAL MULA NAMA JAKARTA

Kapal-kapal tongkang berdiri kokoh. Berderet dari ujung ke ujung Pelabuhan Sunda Kelapa. Di salah satu kapal besar yang terbuat dari kayu, sejumlah awak tidak mengenakan baju. Mereka mondar-mandir memeriksa tali-tali di atas kapal. Setelah cukup lama meneliti tali-tali, masuk kembali ke ruang kemudi. Di sana mereka mengobrol.

Di ujung sana beberapa perahu kecil merapat ke dermaga. Nelayan yang memegang kemudi memutar pelan badan perahu agar berhenti secara tepat. Lalu yang satu lagi melempar jangkar. Itulah salah satu aktivitas para nelayan di Pelabuhan Sunda Kelapa di Desember 2009. Pelabuhan ini menyimpan banyak sekali cerita bersejarah. Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta.

Masa kejayaan itu tepatnya ketika Kerajaan Hindu Pajajaran. Pada perkembangannya, pada zaman itu orang-orang Portugis datang dari Malaka sebagai utusan Gubernur Malaka. Setelah berhasil mengadakan perjanjian dengan penguasa Sunda Kelapa bahwa mereka diizinkan untuk mendirikan benteng di dekat Muara Sungai Ciliwung, para utusan kembali ke Malaka.

Pada 1527 orang-orang Portugis itu kembali dengan membawa sebuah armada kecil tanpa mengetahui sebelumnya bahwa Sunda Kelapa telah jatuh ke tangan Fatahillah. Maka ketika mereka tiba di sana terjadilah pertempuran di sekitar Teluk Jakarta yang akhirnya dimenangkan oleh Fatahillah.

Atas sukacita kemenangannya, Fatahillah memberi nama baru Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya “kemenangan sempurna”. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, yang selanjutnya dijadikan sebagai hari jadi kota Jakarta.


Belanda datang pertama kali ke Jayakarta tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Setelah mendirikan VOC pada tahun 1602, Belanda semakin kuat kedudukannya. Tahun 1619 oleh Jan Peterszoon Coen, Jayakarta diratakan dengan tanah dan kemudian dibangun kota baru yang diberi nama Batavia.

Kota ini selanjutnya meluas melampaui batas awalnya dan menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia. Setelah Batavia jatuh ke tangan Pendudukan Jepang pada tahun 1942, namanya berubah menjadi Jakarta. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Jakarta ditetapkan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 1950 menjadi kotapraja di bawah pimpinan walikota.

Pada tahun 1964 statusnya dinaikkan setingkat propinsi dan disebut Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) di bawah pimpinan Gubernur. Seiring bergulirnya reformasi dan diberlakukannya otonomi daerah, pada tahun 1999 Jakarta dikukuhkan menjadi provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Secara administratif, Jakarta yang berpenduduk lebih dari sembilan juta jiwa ini dibagi menjadi lima wilayah kotamadya dengan masing-masing wilayah dipimpin oleh walikota serta Kabupaten Kepulauan Seribu yang dikepalai oleh seorang Bupati.

Jumat, 04 Juni 2010

Legenda Cinta Pulau Kemaro

Perayaan Cap Goh Meh di Pulau Kemaro Sumatera Selatan akan selalu mengingatkan bahwa kawasan tersebut menjadi legenda bagi warga keturunan Tionghoa.
Dalam legenda itu, pada zaman dahulu terdapat seorang anak raja dari Negeri China yang ingin mempersunting putri asli Palembang.
Percintaan mereka berakhir tragis, menyusul putra Raja China yang bernama Tan Bun Ann tersebut meninggal dunia setelah mengetahui guci yang dibawa prajurit dari tanah Tiongkok yang dibuangnya (guci untuk persembahan pinangan, semula dianggap tidak berisi apa-apa) ke dasar Sungai Musi ternyata berisi emas.
Selanjutnya putri asli Palembang pun ikut menceburkan diri ke sungai, dan sampai kini legenda tersebut masih diyakini etnis Tionghoa.
Menurut legenda itu, dipercayai bahwa Pulau Kemaro yang menyembul keluar adalah kubur dari dua orang yang menceburkan diri itu.
Johny Prima salah satu pengunjung di Pulau Kemaro mengatakan, sampai saat ini ratusan ribu warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pada perayaan Cap Goh Meh, terus mendatangi pulau tersebut untuk beribadat dan berziarah.
Puncaknya terjadi pada tengah malam hari ke-15 Tahun Baru Imlek, tetapi sebelumnya dan sehari sesudah perayaan tersebut, warga terus berdatangan secara bergantian.
Hingga kini pulau yang menurut cerita berupa gundukan tanah yang muncul dari Sungai Musi dan dianggap sebagai makam puteri dan pangeran serta para dayangnya, terus dirawat oleh pengelola dan penjaga pulau itu.
Dalam legendanya, Pangeran Tiongkok Tan Bun An hendak melamar Sang Putri Raja Palembang (Siti Fatimah). Kaisar Tiongkok pun mengirim mas kawin (mahar) dalam sembilan guci berisi emas batangan untuk melamarnya.
Pada bagian atas guci itu, untuk mengelabui para bajak laut dalam perjalanan saat itu yang penuh marabahaya, ditutupi dengan sayuran. Namun sesampai di muara Sungai Musi, Pangeran Tiongkok mengetahui bahwa guci itu hanya berisi sayuran, menjadi malu.
Satu per satu guci tersebut diceburkan ke Sungai Musi. Tapi saat guci terakhir yang pecah sebelum tercebur ke sungai, justru berhamburan emas batangan dari dalamnya. Pangeran pun kaget dan berupaya mencari untuk mengambil guci yang telah masuk sungai.
Namun pangeran itu bersama pengawalnya tak pernah muncul ke permukaan air lagi. Peristiwa itu membuat putri Siti Fatimah menjadi sedih dan berputus asa, sehingga bersama dayangnya juga menceburkan diri ke sungai untuk bertemu pangerannya.
Legenda cinta sejati itu turun temurun dikisahkan dan terkenal sampai sekarang.

PROPOSAL PENAMBAHAN INFRASTRUKTUR KELAS UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara maksimal maka diperlukan proses pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan semua komponen pembelajaran secara optimal. Salah satu komponen penting yang menjadikan proses pembelajaran menjadi lancer dan kondusif adalah ruang kelas beserta perlatan yang mendukung.
Ruang kelas sebagai tempat rombongan belajar melakukan aktivitas pembelajaran dan menuntut ilmu memiliki peranan strategis dalam rangka menciptakan suasana dan rasa belajar bagi para mahasiswa dan mahasiswi. Keberadaannya membawa dampak yang lebih luas seperti, rasa aman, rasa memiliki, ketenangan, memberi inspirasi, hubungan social antar penghuninya serta hal-hal positif lainnya.
Universitas Gunadarma adalah salah satu Universitas swasta juga merasakan betapa pentingnya keberadaan ruang kelas yang kondusif dan menunjang sebagai salah satu unsur penentu keberhasialan proses pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk menunjang ruang kelas yang kondusif maka memperlukan infrastruktur penunjangnya seperti AC, OHP, Spidol, serta perlengkapan yang harus dilengkapi sebelumnya.
Untuk itulah kami mengajukan PROPOSAL PENAMBAHAN INFRASTRUKTUR KELAS UNIVERSITAS GUNADARMA
1.2 VISI & MISI

VISI : Menciptakan suasana yang kondusif diruang kelas dengan adanya infrastruktur yang lengkap dengan tujuan menciptakan kenyamanan dalam kelas serta menimbulkan minat yang besar dari mahasiswa & mahasiswi Universitas Gunadarma untuk belajar lebih tenang.
MISI : Untuk menciptakan misi tersebut maka misi yang telah ditetapkan dan hendak dituju oleh Universitas Gunadarma adalah :
1. Mengembangan keunggulan dalam visi proposal ini.
2. Menciptakan suasana seperti bukan kelas tetapi sebuah kelompok belajar yang nyaman.
3. Meningkatkan daya pikir yang lebih tenang dengan suasana kelas yang kondusif.

1.3 TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN :
a. Memberikan tempat belajar para mahasiswa & mahasiswa dengan segala perlengkapannya.
b. Menghindari mobilitas mahasiswa & mahasiswi pada saat jam efektif perkuliahan sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan secara optimal.
c. Efisiensi dan ekuitas diri bisa dapat tereksplorasi dengan baik.

SASARAN :
a. Penambahan peralatan dan perlengkapan kelas.
b. Membenahi kelas agar memperliahatkan kelas yang nyaman.






BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 PROGRAM PENAMBAHAN PRASARANA KELAS
a. Tahap perencanaan

1. Beberapa penambahan AC dalam kelas bagi kelas yang belum memakai AC.
2. Penggantian OHP, jika terdapat OHP yang sudah mulai rusak.
3. Penambahan perlengkapan kelas lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Mengarahkan dan membimbing secara periodik kepada pelaksana selama pekerjaan berlangsung.
2. Memeriksa dan membuat laporan terhadap hasil dari pelaksanaan penambahan infrastruktur kelas.
3. Membuat foto perkembangan hasil pekerjaan tersebut dengan menunjukkan foto kondisi awal (0%), menengah (50%), dan akhir (100%)








BAB III
PENDANAAN

A. RENCANA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR SECARA KELURUHAAN
Dana yang dibutuhkan untuk penambahaan infrastruktur tersebut secara keseluruhaan Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) dengan rincian dana terlampir.

B. PEMBIAYAAN YANG DIBEBANKAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Pembiayaan yang disanggupi bagian keuangan Universitas Gunadarma adalah Rp.80.000.000,00 (Delapan puluh juta rupiah)